Labels

Minggu, 27 November 2011

Kerajinan Wayang Golek Giri Harja

Karena proyek meja dari korannya belum selesai juga, dari pada bengong nunggu nya ini saya haturkan sedikit tentang salah satu kebudayaan sunda. Mudah mudahan bisa menambah sedikit wawasan tentang bagian dari kebudayaan Indonesia.

Sok mangga di baca-baca.

Wayang golek merupakan salah satu seni budaya masyarakat suku Sunda yang sampai kini dapat tetap bertahan di tengah kehidupan modern. Bahkan kesenian wayang golek sudah menjadi ciri khas seni budaya masyarakat suku Sunda sejak berabad-abad lamanya. Namun seperti seni budaya tradisional lainnya, seni budaya wayang golek sampai kini nyaris tidak diketahui asal-usulnya.

Kendati demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini seni budaya wayang golek mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik dilihat dari sudut persepsi maupun minat masyarakat. Banyak masyarakat suku sunda yang sebelumnya sudah mulai meninggalkan kesenian wayang golek, kini kembali menggandrungi seni budaya tersebut.
Peminat seni budaya wayang golek pun kini makin berkembang, tidak hanya terbatas di kalangan orang tua saja, tetapi juga merambah kalangan anak muda. Hal itu tidak terlepas dari inovasi dan modifikasi dalam pembuatan wayang golek maupun dalam teknik pementasannya. Berbagai inovasi dan modifikasi dalam pembuatan maupun pementasan wayang golek juga telah menarik minat kalangan masyarakat di luar suku Sunda sendiri, bahkan hingga kalangan turis asing.
Adalah Padepokan seni wayang golek Giri Harja dari Kabupaten Bandung yang selama ini telah berhasil melakukan inovasi dan modifikasi dalam pembuatan maupun pementasan wayang golek. Sebagian pengamat seni bahkan menyebutnya sebagai wayang golek modern. Sebab dalam pementasannya, seorang dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya misalnya, bisa memperagakan gerakan-gerakan wayang golek (yang terbuat dari kayu) secara halus seperti layaknya manusia. Bahkan, ki dalang mampu memperagakan gerakan wayang golek yang sebelumnya tidak pernah dilakukan seperti merokok dan muntah mi.
Giri Harja sendiri merupakan sebuah dusun yang kini berkembang menjadi sebuah komplek seni Sunda dimana dalang wayang golek kondang Asep Sunandar Sunarya dan keluarganya tinggal. Asep Sunandar Sunarya adalah salah seorang dari 13 bersaudara anak tokoh seni wayang golek Abah Sunarya. Dari 13 anak yang terdiri dari 7 perempuan dan enam laki-laki itu, lima anak laki-laki diantaranya memilih profesi sebagai dalang wayang golek. Justru anak paling tua Abah Sunarya bernama Suherman Sunarya tidak menjadi dalang melainkan menggeluti industri kerajinan wayang golek yang diberinya nama ‘Graha Wayang Golek Big Giri Harja’.
Namun karena pertimbangan usia yang sudah cukup lanjut, Suherman Sunarya pun kini sudah tidak berkecimpung lagi dalam industri kerajinan wayang golek dan sejak tahun 1997 sudah mewariskan industri kerajianan wayang golek itu kepada anak menantunya bernama Barnas Sabunga.
Barnas Sabunga adalah seorang guru SMA yang karena panggilan jiwa dan keluarganya kini memfokuskan diri dalam mengelola sekaligus melestarikan seni budaya tradisional Sunda, yaitu industri kerajinan wayang golek yang telah dirintis ayah mertuanya sejak puluhan tahun silam.
Di bawah pimpinan Barnas, industri kerajinan wayang golek yang semula murni ditujukan untuk melestarikan seni budaya Sunda itu, kini dikelola secara profesional sehingga setahap demi setahap industri kerajinan tersebut bisa menghasilkan keuntungan. Sebagian dari keuntungan itu disisihkan Barnas untuk membangun perpustakaan dan museum wayang golek Giri Harja. Pembangunan gedung perpustakaan dan museum berlantai dua itu kini sedang dalam tahap penyelesaiaan.
Selain memproduksi kerajinan wayang golek, Graha Wayang Golek Big Giri Harja juga memproduksi berbagai lukisan hasil karya istri Barnas yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen seni rupa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Berbagai hasil karya seni lukis istri Barnas kini banyak dipajang di Graha Wayang Golek Big Giri Harja.

Menurut Barnas, Graha Wayang Golek Big Giri Harja kini mempekerjakan 34 orang karyawan. Di rumah Barnas sendiri terdapat 16 orang karyawan, 12 orang diantaranya bekerja sebagai tukang wayang dan empat orang lainnya sebagai tukang lukis.
Dengan bantuan 34 orang karyawan itu, Barnas bersama Graha Wayang Golek Big Giri Harjanya mampu memproduksi 100 unit wayang berbagai ukuran setiap bulannya. Selain memproduksi wayang pentas, Graha Wayang Golek Big Giri Harja juga memproduksi wayang ukuran kecil seperti wayang golek sebesar pencil, gantungan kunci dan pulpen. Ukuran wayang golek terbesar yang pernah dibuat adalah wayang golek berukuran sebesar manusia.
Wayang golek biasanya dibuat dari bahan baku berupa kayu jenis albasia atau kayu lame. Kedua jenis kayu tersebut sengaja dipilih sebagai bahan baku karena kayu-kayu jenis tersebut mudah dibentuk. Bahan baku lainnya yang biasa digunakan adalah bahan cat serta peralatan pengecatan yang biasanya berupa alat cat semprot seperti banyak digunakan di bengkel-bengkel pengecatan mobil.
Untuk menjaga pasokan bahan baku kayu, Bernas mengaku menanam sendiri kayu albasia dan kayu lame baik di pekarangan rumah maupun di lahan milik keluarga. Dengan demikian, Barnas tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan bahan baku kayu untuk industri kerajinan wayang goleknya.
Dalam pengerjaan industri kerajinan wayang golek pun, Barnas terhitung sangat apik dalam memanfaatkan material kayu. Dengan demikian, industri kerajinan wayang golek Giri Harja nyaris tidak menghasilkan limbah, sebab semua bahan kayu dapat dimanfaatkan dengan baik menjadi produk bernilai tambah.
Kini berbagai produk wayang golek buatan Graha Wayang Golek Big Giri Harja telah dipasarkan ke berbagai daerah di tanah air seperti melalui outlet Sarinah, berbagai outlet di Bandara, sejumlah toko souvenir dan barang seni di Semarang, Surabaya, Bali dan Batam. Sedangkan kegiatan ekspor ke berbagai negara dilakukan melalui pihak ketiga seperti ke Amerika Serikat, sejumah negara Eropa, Australia dan Jepang. Kegiatan ekspor dilakukan secara rutin setiap tiuga bulan sekali.
Barna smengaku tidak pernah mempromosikan hasil kerajinan wayang goleknya kepada para pembeli karena berdasarkan pengalaman seringkali banyak order yang masuk tetapi tidak dapat dipenuhi karena kegiatan produksi yang tidak bisa dilakukan secara massal. “Saat ini saja kami sudah banyak mendapatkan pesanan yang kebanyakan tidak dapat dipenuhi sesuai jadwal waktu yang ditetapkan. Pembuatan wayang golek di tempat kami umumnya sudah ditunggu oleh para pembeli,” tutur Barnas.

siapa yang tidak kenal wayang golek,
Bila ada yang belum kenal mari kita lihat penampakan nya

Cekidot



nah ini dia tokoh paforit ku

Sumber : Majalah Kina (No.2-2008) Departemen Perindustrian RI

0 komentar:

Posting Komentar