Rabu, 15 Februari 2012
Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun berawal dari terbentuknya “ Yayasan Pangeran Aria Suria Atmadja (YPASA) pada tahun 1950 dengan Akte Notaris Mr. Soedja No. 59 / 28 April 1950, kemudian berubah menjadi Yayasan Pangeran Sumedang “ (YPS) dengan Akte Notaris Tan Eng Kiam No. 98 / 21 April 1955. YPASA / YPS sebagai lembaga yang bertujuan mengurus, memelihara dan mengelola barang Wakaf Kangdjeng “ Pangeran Aria Soeria Atmadja “ (PASA) Bupati Sumedang 1882 – 1919 . Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang
diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun - Yayasan Pangeran Sumedang.
Di dalam kawasan musium prabu geusan ulun sendiri terdapat beberapa gedung.
GEDUNG SRIMANGANTI
Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya colonial, kata Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara). Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya.Gedung Srimanganti dipergunakan sebagai tempat tinggal bupati dan keluarganya, diantaranya Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang. Pada tahun 1942 Srimanganti tidak digunakan sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya oleh Dalem Aria Soemantri dijadikan Kantor Kabupaten, sedangkan Bupati serta keluarganya tinggal di Gedung Bengkok / Gedung Negara – sekarangGedung Srimanganti terdaftar pula dalam Monumenter Ordonantie 1931 sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Pada tahun 1982 Gedung Srimanganti mengalami pemugaran karena sempat dijadikan kantor Pemda, setelah pemugaran Gedung Srimanganti diserahkan kembali kepada Yayasan Pangeran Sumedang oleh Direktur Kebudayaan Depdikbup pada masa itu.
GEDUNG BUMI KALER
Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih yang memerintah Sumedang tahun 1836 – 1882. Gedung Bumi Kaler beberapa kali mengalami rehabilitasi pada tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Sama halnya dengan Gedung Srimanganti, Bumi Kaler sudah terdaftar dalam Monumeter Ordonantie 1931 karena termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya. Gedung Bumi Kaler menjadi gedung Museum Prabu Geusan Ulun pada tahun 1982.
GEDUNG PUSAKA
Gedung Pusaka adalah gedung museum yang kelima dari enam gedung yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun sebagai gedung baru. Fungsi Gedung Pusaka sesuai namanya sebagai tempat khusus menyimpan benda-benda Pusaka peninggalan para leluhur Sumedang. Pembangunan Gedung Pusaka dibangun karena Gedung Gendeng waktu itu sebagai tempat menyimpan pusaka sudah tidak memadai, sehingga atas prakarsa Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya ibunda dari Bapak Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita, rencana Gedung Pusaka bisa dilaksanakan dengan melibatkan Yayasan Pangeran Sumedang, Rukun Wargi Sumedang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumedang, Departemen Pariwisata Sumedang, Pemda Sumedang dan Direktorat Permuseuman Propinsi Jawa Barat. Pada tanggal 25 Maret 1990 pembangunan Gedung Pusaka mulai dikerjakan dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya . Proses pembangunan Gedung Pusaka memakan waktu cukup lama yaitu selama tujuh (7) tahun, selesai pada tahun 1997, kemudian diresmikan oleh Bupati Sumedang Bapak Drs. H. Moch. Husein Jachjasaputra.. Biaya pembangunan Gedung Pusaka selain sumbangan dari Pronvinsi TK. I Jawa Barat juga sumbangan dari para wargi Sumedang, salah satunya sumbangan Sanggar Seni Sumedang “Padepokan Sekar Pusaka” pimpinan Bapak Rd. E. Lesmana Kartadikoesoemah (Alm).
GEDUNG GENDENG
Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung Gendeng waktu itu digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka lelehur dan senjata lainnya. Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan tahun 1993. Namun karena benda Pusaka-pusaka makin banyak sampai akhirnya Gedung Gendeng tidak memadai lagi untuk menyimpan benda-benda Pusaka tersebut maka dibangunlah Gedung Pusaka khusus untuk menyimpan benda-benda Pusaka. Gedung Gendeng sekarang beralih fungsi menjadi Gedung social budaya. Gedung Gendeng merupakan Museum Yayasan Pangeran Sumedang pertama yaitu pada tahun 1973.
GEDUNG GAMELAN
Gedung Gamelan didirikan pada tahun 1973, oleh Pemda Sumedang atas sumbangan dari Gubernur DKI Jakarta Bapak Ali Sadikin, fungsi
gedung ini sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan – Gamelan Pusaka. Gedung Gamelan mengalami renovasi pada tahun 1993, selain sebagai tempat menyimpan Gamelan, gedung Gamelan juga dipakai sebagai tempat latihan tari klasik setiap hari minggu . Setiap satu tahun satu kali pada bulan Maulud semua Gamelan Pusaka dicuci dan tidak dibunyikan latihan taripun diliburkan. Gedung Gamelan merupakan Gedung Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pertama.
GEDUNG KERETA
Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun 1990. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar